This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 28 April 2013

SEJARAH DESA HAURKUNING

Diceritakan, asal-usul berdirinya desa Haurkuning ada kaitannya dengan bangsawan dari kesultanan solo yaitu Dalem Brahma Kuning alias Raden Suryanagara alias Hasanuddin yang beristrikan Ratu Kuning. Beliau datang yang pertama kali menamai desa Haurkuning yang didasari karena banyak bamboo kuning atau Haurkuning. Selain dari Dalem Brahma Kuning terdapatbtokoh lain yaitu Syech Jalaludin alias Kuwu Gede dari daerah kerajaan Mataram/­kadilangu/demak/­jawa tengah. Beliau beserta istrinya ibu Wangi Gedon pergi meninggalkan Mataram dengan maksud berkelana menuntut ilmu. Adapun tempat yang didatangi adalah daerah Tatar Sunda yaitu Kesultanan Cirebon. Didaerah Cirebon pada saat itu sedang sibuk kegiatan penyebaran agama islam. Penyebaran agama islam yang dilakukan didaerah CARUBAN melalui kesenian diantaranya “Goong Sakaten”. Walaupun kelihatannya sederhana, namun mendapatkan antusias yang begitu besar dari masyarakat untuk memeluk agama islam, karena ada masukan syiar islam pada kesenian tersebut.
Kita kembali pada tokoh yang berasal dari Mataram/­Kadilangu/Demak yaitu Syech Jalaluddin. Sesampainya di Cirebon (caruban) Syech Jalaluddin berguru ke Syech Maulana Datul Kahfi. Beliau berguru bersama Pangeran Walangsungsang atau pangeran Cakrabuana atau kuwu sangkan Cirebon. Setelah berguru cukup lama, kemudian beliau pergi bersama istrinya atas izin gurunya dan titah dari sunan Gunung Jati atau Syech Syarif Hidayatulloh (anak dari lara santang dan nyai syarifah mudaim) untuk syiar agama islam dan memperluas daerah kekuasaan kerajaan Caruban. Adapun tempat yang dituju adalah kerajaan Kajene (Kuningan sebelah selatan) tepatnya yang sekarang bernama desa Haurkuning. Beliau mulai menetap di Haurkuning sekitar kurang lebih 1600 Masehi.
Syiar islam yang dilakukan oleh syech jalaluddin (kuwu gede) yaitu dengan cara bertani atau dalam bahasa sunda “tatanen” dibarengi dengan memperluas batas daerah atau desa dengan cara adu ketangkasan atau kedigjayaan. Adapun atas kemampuan ilmunyaa dan ridho-Nya beliau berhasil memperluas wilayah desa. Menurut cerita belliau menetapkan batas dengan media tali atau tambang pusaka yang dinamai Setra Tunggal. Pusaka itu mampu membentang dari Karang Layung (Nusaherang) sampai belok jati yang sekarang menjadi batas desa.
Dalam hal perluasan pemukiman wilayah Haurkuning ada juga salah seseorang tokoh yang berperan yaitu Raden Sutajaya atau Padmanegara yang mempunyi misi sama syiar islam dan mempertahankan kekuasaan kerajaan Caruban dari kerajaan padjajaran yang dipimpin oleh Prabu Siiliwangi. Raden Sutajaya dibantu dua orang saudaranya Raden Sutamulya yang bermukim di daerah sakerta dan raden sutalaksana bermukim didaerah Kertayuga. Selain dari dua orang saudaranya beliau juga mempunyai istri yang bernama nyai Ageung Pratiwi yang kemudian berpisah dan memilih tinggal di Bunigeulis. Perluasan pemukiman yang dilakukan olehnya konon dengan cara menggelindingka­n bedug dari Wulukut yang akhirnya berhenti sampai ke blok Galonggong. Penetapan pemukiman baru yang dilakukan Raden Sutajaya mendapatkan izin dari Syech Jalaluddin (Kuwu Gede)
Dalam memperluas kekuasaan Syech Jalaluddin bersama Patih Gandrayana salah satunya dilakukan dengan cara membelah bambu kuning (awi kuning/­haurgereng). Setelah awi itu terbelah 2 (dua) kemudian ditancapkan di daerah wulukut dan yang satunya didaerah Bungkirit yang sekarang bernama Haurduni (Taman makam pahlawan Haurduni). Namun setelah menancapkan bambu di wulukut ternyata beliau berniat membawa bambu itu ke Cirebon dengan mengutus Patih Gandrayana. Bambu kuning berhasil di bawa ke Cirebon namun konon berubah menjadi sebuah pedang yang bernama “Pedang Kamilah”. Adapun tujuan dari bambu kuning yang dibawa ke Kesultanan Cirebon yaitu untuk digunakan sebagai senjata bambu runcing yang akan digunakan untuk menyerang penjajah yang menguasai Jayakarta atau Sunda Kelapa yang dilakukan bersama pasukan dari kerajaan Cirebon dan Demak.
Demikian sejarah atau cerita singkat mengenai asal-usul desa Haurkuning. Dimana penyusunannya masih banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan waktu dan sumber.